Sabtu, 26 September 2009

Pariaman sejarah

Pariaman di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1500an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan Barus.

Dua tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.

Kemudian, datang bangsa Perancis sekitar tahun 1527 dibawah komando seorang politikus dan pengusaha yakni Jean Ango. Ia mengirim 2 kapal dagang yang dipimpin oleh dua bersaudara yakni Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal ini sempat memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Indrapura. Tapi anak buahnya merana terserang penyakit, sehingga catatan dua bersaudara ini tidak banyak ditemukan.

Tanggal 21 November 1600 untuk pertama kali bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman, yaitu 2 kapal di bawah pimpinan Paulus van Cardeen yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan kemudian disusul oleh kapal Belanda lainnya. Cornelis de Houtman yang sampai di Sunda Kelapa tahun 1596 juga melewati perairan Pariaman.

Tahun 1686, orang Pariaman (Pryaman seperti yang tertulis dalam catatan W. Marsden) mulai berhubungan dengan Inggris.

Sebagai daerah yang terletak di pinggir pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan dan rebutan bangsa asing yang melakukan pelayaran kapal laut beberapa abad silam. Pelabuhan entreport Pariaman saat itu sangat maju. Namun seiring dengan perjalanan masa pelabuhan ini semakin sepi karena salah satu penyebabnya adalah dimulainya pembangunan jalan kereta api dari Padang ke Pariaman pada tahun 1908.

Dengan lika-liku perjuangan yang amat panjang menuju kota yang definitif, Kota Pariaman akhirnya resmi berdiri sebagai Kota Otonom pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Sumatera Barat. Sebelumnya Kota Pariaman berstatus Kota Administratif dan menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1986. Kotif Pariaman diresmikan tanggal 29 Oktober 1987 oleh Mendagri Soepardjo Roestam dengan Walikota pertama Drs. Adlis Legan. Perjuangan menuju kota administratif inipun cukup berat. Namun berkat kegigihan dan upaya Bupati Padang Pariaman saat itu, Anas Malik, Kotif Pariaman pun dapat direalisir.

PARIWISATA

Kota Pariaman memiliki panjang pantai lebih kurang 12,7 kilometer. Dengan pesona pantai yang indah, memiliki peluang untuk dikembangkan. Resort wisata sudah mulai dibenahi dengan mempersiapkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata.
Objek wisata alam pantai dengan kekhasannya masing-masing banyak dikunjungi setiap hari antara lain Pantai Gandoriah yang berlokasi di depan stasiun kereta api di Kota Pariaman. Disini setiap hari libur tersedia hiburan bernuansa Pariaman dengan menampilkan kesenian anak nagari dan kreativitas remaja. Pantai Cermin berjarak lebih kurang 1 km ke arah selatan pantai Gandoriah juga memiliki kekhasan tersendiri. Di sini terdapat sebuah restoran dengan aneka masakan khas Pariaman. Pantainya yang rindang dengan pohon pinus membuat pemandangan laut terasa indah. Pantai Kata kini juga sudah mulai dibenahi sarana dan prasarananya. Demikian juga Pantai Sunur, dengan ciri khas keindahan dan hembusan angin laut sambil menikmati nasi sek (santai, enak, kenyang) dengan spesifik sala lauak dari berbagai jenis ikan, udang dan gulai kepala ikan laut yang segar.
Disamping wisata pantai, ada pesta budaya tahunan Tabuik, yang diselenggarakan setiap tanggal 1 sampai dengan 10 Muharram. Selama prosesi pembuatan tabuik dilaksanakan berbagai festival kesenian anak nagari seperti pencak silat, lomba gandang tasa, layang-layang tradisional, musik islami, indang, pemilihan Cik Uniang dan Ajo Kota Pariaman, dabuih dan lain-lain. Pesta Budaya Tabuik ini sudah terkenal dan sudah merupakan core event yang ramai dikunjungi wisatawan
Pulau Angso Duo yang terletak 2 mil di lepas pantai merupakan resor wisata historis-religius yang akan dikembangkan. Di pulau ini terdapat kuburan panjang (lebih kurang 4,5 meter) dan beberapa kuburan lainnya. Objek wisata Pulau Angso juga dapat dijadikan sebagai objek wisata trekking.
Objek wisata lain adalah guci besar yang terletak di Mesjid Raya Badano Sungai Rotan Kecamatan Pariaman Selatan. Guci ini menurut sejarahnya sudah berumur ratusan tahun dan terawat secara baik oleh masyarakat dan ini memiliki daya tarik tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar