Jumat, 10 Juni 2011

Untuk Segelas Teh Gegelisahan

Secangkir teh hangat menyerumput ruang mulutku membasahi rongga perutku, pagi yang dingin, hati yang dingin. Pikiranku menyeruak mengisi ruang kecil ini, setelah otak ini mengkonsumsi perjalanan kecil sehari kemarin. Terlalu banyak yang ku perhatikan sehingga semua keinginan bermula kembali pada hal-hal kecil yang melewati setiap garis waktu yang terjejer rapi membentuk sebuah cerita satu episode. Janji perjalanan membentuk sketsa-sketsa ruang dunia kecil sebuah ilusi manusia, fatwa waktu menggoreskan sebilah angkara membentuk tubuh-tubuh lusuh menjejeri panggung-panggung jalanan yang mencoba membayar semua keinginan dengan sebuah pandangan buram kehidupan di tanah yang kita sebut bumi pertiwi ini. Sehari itu tak mengapa, mungkin seharusnya tak menjadi apa-apa. Keinginan mengingatkan kepalan tangan sang durjana membentuk segumpal kediktatoran menghujam sudut-sudut kecil negeri agar tak ada mulut yang terbuka, agar tak ada otak yang bekerja , agar semua tangan terpangku dingin menggigil mengharap lembaran kecil rupiah sebagai pengganti sebuah kebebasan menginspirasi bangsa ini. Itu hanya sehari, itu hanya sedikit, sedikit bagi yang tak merasa, sedikit bagi yang mendurjanakan sebagian tubuh agar dipegang liar sang penguasa. Ada apa sobat ?, Apakah itu hanya teriakan sinis ?, Apakah itu wujud dari ketidakmampuan seorang yang menyebut dirinya penggerak, apakah itu simbol peduli yang dibelakangnya berbaris keinginan untuk juga menghujam pundi-pundi sang penguasa. Itu biasa kawan, itu terlalu biasa untuk di hujat, teman kita juga punya keinginan, teman kita juga butuh liburan, seperti cerita ambulan kosong yang memekakkan telingan menyeruak kencang diantara keramaian, hanya agar manusia lain menyingkir untuk sesuatu yang muskil. Semua hanya teriakan, teriakan-teriakankosong para pengumbar membentuk kelompok-kelompok kecil kawan dan rekan agar bisa berjalan seiring menghujani para pemberi dengan keinginan dibalik mengisi kekosongan ruang sang rakyat yang dianggap tidak perlu mengerti tentang apa dan bagaimana.


Selamat pagi matahari, terimakasih untuk pagi ini kembali menyeruak masuk menerangi ruangku, menerangi sisi-sisi gelap kawan-kawan kecilku yang berdiri berjejer menggelar rapat berdiri diantara kotak pundi dan mobil-mobil mewah menghiasi jalanan ruang rapat. Diantara tanda larangan dan pensil-pensil warna yang terkungkung rapi didalam kotak bekas gulungan merek-merek reklame kampanye sang penguasa yang lupa dulu mereka juga pernah teriak agar tak ditindas. Diantara sketsa anjing kecil berwajah lucu menelungkup dibawah kunci brankas disamping ruang tidur dibawah seragam para pegawai yang tak lagi melayani. Diantara tumpukan sampah para penghuni komplek yang lupa mereka juga punya tetangga yang berjuang mengais sampah mereka agar esok bisa membeli segantang beras murah untuk mengisi sedikit sisi perut kecil yang telah terbiasa tak makan.

Cukup sudah, pagar-pagar itu sudah cukup tinggi dan sangat rapat untuk dimasuki, cukup sudah cerita pengisi pagi ini karena esok hari masih ada cerita lain untuk sebuah bangsa yang masih harus kita cintai ini. ( untuk segelas teh kegelisahan)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar