Kamis, 25 November 2010

Cerita untuk hari ini diluar kandang waktu


Cerita untuk hari ini diluar kandang waktu


Rintik air menyamarkan suara-suara alam diluar sana, hujan terasa membasuh seluruh permukaan bumi ini. Seorang anak kecil berjalan lelah dengan teriakan serak. diantara gerimis hujan coba menjajakan makanan kecil pengganjal perut bagi mereka yang masih bangun malam ini. Miskin mendera mereka dan membuat anak itu coba untuk berjalan diantara dinginnya hujan dan malam. Teriakan itu mengingatkan diriku cerita tentang mereka yang coba mengais sampah dan memakan makanan yang ditemukan ditempat pembuangan sampat itu, itu cerita televisi sore tadi, cerita diantara sibuknya pemilihan pejabat di siaran lain dan sibuknya cerita tentang pejabat pajak yang menjadi penguasa para penguasa negeri ini. Semua jadi serba samar, semua tampak biasa saja sekarang, karena dimana-mana akan ditemui peristiwa serupa. Kucoba berjalan sebentar mencari kebisingan insan, tetapi semua tampak sepi diluar sana. sepi dari kemacetan yang ada, luasnya tempat parkir tersedia disamping jembatan itu menyamankan diriku melangkah jauh kedalam gedung , menjejaki diri diantara rak komersil berisi grafis penjualan sang pengusaha hidup. Bencana yang samar menghilangkan logika mereka, logika yang telah diasah bertahun lamanya, atau hanya sebagai bahan teori tampa ada tindakan dalam keseharian. Kasihan yang papa, yang menggantungkan kerongkongan diantara pendapatan perhari dari kurusnya tangan mengekang perut. Semua tampak serba biasa, seperti bisanya penyiksaan dan penipuan dinegeri ini. Aku lelah lalu pulang kedalam kandang waktuku, kembali berjejer dengan teman2 kecilku yang tak pernah mengeluh, yang tak pernah bertanya kapan gajian dan yang tak pernah menderita karena rasa. semua berlalu hingga mentaripun lelah berada diatas langit, hingga terawang senja mengitari gelap diri dan mata ini terpejam sesaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar